Kau tetaplah garamku,
Kau adalah merica,
Kau adalah bawang putih dan merah,
Kau adalah daun salam,
Kau adalah kemiri,
Meriang dalam kubangan.
Mendiamkan karsa untuk sebuah cita rasa.
Raga ini terbang seiring dengan adukan untukmu.
Menuju sebuah masa kecil bersama ibu,
Di depan sebuah instalasi dapur bernama tungku.
Di desa kecil nan lugu,
Dengan damai dan sejahtera bersamamu,
Bersama sejuta mimpi yang diharapkan sejak masih diayun di dalam ayunan bambu.
Kisah kasihku dalam menyambut cakrawala semu.
Namun, benar kah seperti ini ekspetasi dulu?
Tiada satu manusia pun yang tahu.
Wahai engkau para bumbu, sampai kapan kau akan tetap menunggu?
Akankah sampai matang kaldumu?
Semoga tidak sampai sewindu.

Baca juga:  Worth it?

Leave a Reply

Discover more from Blossom Laden

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading